Sabtu, 08 Oktober 2011

Tertawa adalah obat


Tertawa itu merupakan obat yang mujarab. Kini, tertawa dianggap sebagai alat yang berpengaruh untuk menyembuhkan dan menolong orang pulih dari berbagai penyakit fisik dan jiwa.
Menurut Marianne Dolan, seorang perawat dan direktur rumah sakit untuk pasien yang dianggap tak mungkin sembuh, di Meredith, negara bagian New Hampshire, ide ini mulai memperoleh dukungan dalam masyarakat ilmiah dan kedokteran 20 tahun yang lalu. Pada mulanya terapi humor tidak dianggap sebagai sains, tetapi kini kita telah mengenalnya sebagai gelontology, sains humor dan tertawa.
Dolan menyarankan kepada pasiennya untuk memperhatikan apa yang lucu. Orang hendaknya mengubah keadaan tragis menjadi komedi.
Ada beberapa bukti bahwa humor (baca juga: tertawa) itu bermanfaat:
1. Dr. Richard Belson, seorang dosen di School of Social Work Universitas Adelphi dan juga seorang ahli terapi, menyatakan bahwa dengan berhumor, kita bisa lebih kreatif. Ketika mendapat masalah pribadi dan emosional, hendaknya kita jangan terbentur dengan hanya berpikir, "Aduh, apa ya yang bisa kulakukan?" Kita bisa berkonsultasi dengan seorang ahli terapi. Ahli psikoterapi bisa menolong kita, setidaknya untuk membantu kita melihat situasi itu ada humornya, dan menjadi lebih kreatif untuk memecahkan masalah.
2. Cara berpikir seseorang yang dibarengi dengan rasa humor dapat meningkatkan sistem imunitas. Menurut Dolan, tertawa dikaitkan dengan salah satu zat otak dalam grup endorphin. Zat dalam grup Endorphin tampaknya mempengaruhi kebugaran emosi kita. Timnya telah mengucilkan 23 endorphin, tetapi hanya satu yang khusus untuk humor dan tertawa, dan ini disebut delyoson. Yang menakjubkan tentang delyoson, jika manusia tertawa 15 menit dalam sehari, delyoson membanjiri tubuh mereka selama 12 jam berikutnya. Manfaat dari proses itu, orang yang tertawa 15 menit sehari jarang sakit kepala. Tekanan darah mereka turun sebanyak 10-20 poin. Denyut nadi mereka pun turun.
3. Menurut Belson, humor dalam diskusi psikoterapi pribadi menolong sebagian pasien pulih lebih cepat akibat gangguan emosional, seperti depresi dan percekcokan suami-istri. Ia menggunakan humor agar pasien menanggapi persoalan dengan agak ringan untuk menciptakan pengaruh paradoks.
4. Humor juga dipakai sebagai terapi untuk orang yang penyakitnya tak mungkin disembuhkan. Sebagai contoh: "Suatu hari saya menjenguk salah seorang pasien yang penyakitnya tidak mungkin sembuh lagi, artinya ia sudah hampir mati. Ia menyuruh saya duduk di sisi tempat tidurnya dan berkata, 'Duduklah di sini. Apa Anda punya lelucon untuk saya bawa ke akhirat?"
Contoh lain menunjukkan pasien AIDS yang berpikir positif, mudah tertawa dan berjiwa humor, bertahan hidup tiga bulan lebih lama dibandingkan dengan pasien yang diagnosis dan prognosisnya serupa tapi tidak bersikap demikian.
Humor dan tertawa memang tidak dapat menggantikan pengobatan medis yang standar, namun bisa menjadi pengobatan tambahan yang manjur. (VOA/Ellen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar