Selasa, 15 November 2011

JUARA


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri,sebab memang begitulah peraturannya. 
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri. 
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. 
Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. 
"Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." 
Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. 
"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" 
Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." 
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan. 
Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. 
Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. 
Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. 
Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu ujian tersebut.

Rabu, 26 Oktober 2011

Beberapa Hal Yang Dapat Mendorongmu Untuk Tetap Bertahan !

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...
à Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
à Tuhan sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
à Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon...
à Tuhan selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
à Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
à Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
à Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur...
à Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
à Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
à Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap... TUHAN TAHU

BERSYUKURLAH...

Rabu, 19 Oktober 2011

HADIAH SANG AYAH


            Seorang pemuda sebentar lagi akan diwisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.
            Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari ford.
            Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya.  Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang kepadanya, sehingga dia yakin sekali nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu.  Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenag-senang dengan teman-temannya.  Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya.
            Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.  Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu.  Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,…bukan sebuah kunci ! dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. 
            Dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Alkitab yang bersampulkan kulit asli, di kulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. 
            Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, “Yaaahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan Alkitab ini untukku?”  Lalu dia membanting Alkitab itu dan lari meninggalkan ayahnya.  Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.
            Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses.  Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang.  Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah dan dikelilingi isteri yang cantik dan anak-anak yang cerdas.   Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri.  Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia.  Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu.
            Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.  Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu.  Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya.
            Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ.  Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap ayahnya.  Dengan bayang-bayang masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu.  Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Alkitab itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu.  Dengan air mata berlinang, dia lalu memungut Alkitab itu dan mulai membuka halamannya.  Dihalaman pertama Alkitab itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, “Dan kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, bagaimana Bapamu yang di sorga akan memberikan apa yang kamu minta kepada-Nya?”  Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Alkitab itu.  Dia memungutnya,…sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.
            Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu.  Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam.  Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga.  Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati.
Mari sayangi dan hormati kedua orang tua kita, karena mereka begitu mengasihi kehidupan kita.

Senin, 17 Oktober 2011

SANG SENIMAN


Tidak ada bentuk. Kosong. Gelap gulita. Sang Seniman melayang-layang di atas permukaan air.
"Terang!" Bisik Sang Seniman mulai berkarya. Zap! Terang menyeruak, gelap terpisah.
"Cakrawala!" Boom! Terciptalah air di atas dan air di bawah. Terciptalah langit. Terciptalah laut.
"Tumbuhan!" Kreeeaaakk!! Tunas-tunas keluar dari tanah. Akar-akar mencengkeram bumi. Buah-buah ranum menghias. Rumput tergelar. Daun melambai.
"Matahari!" Berkuasa di siang. "Bulan!" Berkuasa di malam. "Bintang!" Klap! Blas! Blas! Tap! Wuzz!
"Binatang!" Cit-cit.. Auuum!..Mbeeek!...Meong!..Guk-guk!..Shhh..Mooo!
Sunyi.
Sang Seniman yang tidak kasat mata itu kelihatan asyik dan sibuk bermain tanah. Kali ini IA meluangkan banyak waktu untuk berkarya. Asyik. Serius. Singa menengok. Jerapah diam. Gajah melotot takjub. Burung-burung saling berbisik, "Apa yang sedang dibuatNya?"
Awan berhenti,"suatu binatang?" Pohon tak bergeming,"... atau tumbuhan?" Laut tertegun,"...gunung?" Shhhh...wuuzz..angin hangat bertiup melambaikan dedaunan. NafasNya.
DilihatNya karyaNya. DisentuhNya bagian pipi biar ada tawa. DitaburNya kerlap-kerlip dalam matanya. DitiupkanNya kehendak. Pikiran. Keinginan. Free will. Logika. Kesadaran. Roh. Sang Seniman melipat tanganNya. JariNya mengelus-elus daguNya. MataNya dipicingkan ...mengamati mahakaryaNya. CitraNya. "Bagus!" kataNya mantap.
IA pun berjalan bersamanya di taman penuh bunga. Tawa polos. Murni. Bermain cipratan air sungai. Hidup tidak ada habisnya.
Lalu... ada pohon. Ada buah. Ada bujukan. Ada ketidaktaatan. Ada bohong. Ada malu. Ada saling menyalahkan. Kehendak disalahgunakan. Kemerdekaan diumbar. Kematian menerobos masuk dengan leluasa. Sang Seniman marah. Terlebih lagi: Sedih. Air Mata. Tembok transparan itu muncul dari tanah. Sang Seniman terpisah dengan mahakaryaNya.
Kuasa berganti kelemahan. Kepolosan berganti geram. Sahabat berganti musuh. Derita. Kerja keras. Sakit. Takut. ..Neraka.
Sang Seniman masih mencintai citraNya. Selalu mencintainya. IA rindu. IA mencari.
"Abraham! Kau akan kujadikan bapa segala bangsa! Katakan pada mereka semua bahwa AKU mencintai dan merindukan mereka!"
"Musa! Bawa keluar umatKU! Katakan AKU rindu dan mencintai mereka!"
"Yosua! Pimpin orang-orangKU! Katakan. AKU rindu. Katakan AKU cinta!"
"Daud! Jadilah raja atas umatKU. Dan katakan ... AKU rindu. AKU cinta.."
"Yeremia! Gideon! Hosea! Nehemia! Katakan AKU merindukan kembali hubungan seperti dulu. AKU mencintai mereka."
Pemberontakan. Korban. Pembebasan. Pemberontakan. Korban. Pembebasan. Pemberontakan. Korban. Pembebasan ... terus berputar.
Sang Seniman terdiam. IA hendak berkarya lagi. Singgasana tempat IA duduk terlihat kosong. Malaikat tertunduk. IA turun. IA turun!
Gadis perawan tak tersentuh....kaget. Telur tiba-tiba tercipta. Rahim murni bergerak. IA mulai berkarya. Tapi bukan lagi membentuk citraNya. IA membentuk diriNya sendiri. Sebuah tubuh. Roh tak terbatas dibatasi daging. Kemuliaan bertengkorak. Kemahakuasaan ditumbuhi rambut. Gigi. Kelopak mata. Kuku jari. Rusuk. Ginjal. Paru-paru. Bola mata. Garis-garis kening.
Sekali lagi: IA berjalan dengan karyaNya. Di taman. Tapi kali ini tamannya bukan lagi berbunga, tapi berduri, menusuk. Cipratan air bukan lagi karena bermain tapi ludah di mukaNya. Tawa bukan karena sukacita tapi olok-olok. Pahit. Babak belur. Sakit. Kotor. Darah.
Lalu ... ada pohon. Ditebang. Dibentuk salib. Diikat. Dipaku. Digantung. Dikotori darah. Direntangkan ... dijadikan jembatan. Diayunkan ... merobohkan tembok transparan. Sang Seniman melipat tangan. JariNya mengelus-elus dagu. MataNya memicing. Kini IA sekali lagi berkata, "Bagus !"
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (I Korintus 15:21)

Sabtu, 08 Oktober 2011

Tertawa adalah obat


Tertawa itu merupakan obat yang mujarab. Kini, tertawa dianggap sebagai alat yang berpengaruh untuk menyembuhkan dan menolong orang pulih dari berbagai penyakit fisik dan jiwa.
Menurut Marianne Dolan, seorang perawat dan direktur rumah sakit untuk pasien yang dianggap tak mungkin sembuh, di Meredith, negara bagian New Hampshire, ide ini mulai memperoleh dukungan dalam masyarakat ilmiah dan kedokteran 20 tahun yang lalu. Pada mulanya terapi humor tidak dianggap sebagai sains, tetapi kini kita telah mengenalnya sebagai gelontology, sains humor dan tertawa.
Dolan menyarankan kepada pasiennya untuk memperhatikan apa yang lucu. Orang hendaknya mengubah keadaan tragis menjadi komedi.
Ada beberapa bukti bahwa humor (baca juga: tertawa) itu bermanfaat:
1. Dr. Richard Belson, seorang dosen di School of Social Work Universitas Adelphi dan juga seorang ahli terapi, menyatakan bahwa dengan berhumor, kita bisa lebih kreatif. Ketika mendapat masalah pribadi dan emosional, hendaknya kita jangan terbentur dengan hanya berpikir, "Aduh, apa ya yang bisa kulakukan?" Kita bisa berkonsultasi dengan seorang ahli terapi. Ahli psikoterapi bisa menolong kita, setidaknya untuk membantu kita melihat situasi itu ada humornya, dan menjadi lebih kreatif untuk memecahkan masalah.
2. Cara berpikir seseorang yang dibarengi dengan rasa humor dapat meningkatkan sistem imunitas. Menurut Dolan, tertawa dikaitkan dengan salah satu zat otak dalam grup endorphin. Zat dalam grup Endorphin tampaknya mempengaruhi kebugaran emosi kita. Timnya telah mengucilkan 23 endorphin, tetapi hanya satu yang khusus untuk humor dan tertawa, dan ini disebut delyoson. Yang menakjubkan tentang delyoson, jika manusia tertawa 15 menit dalam sehari, delyoson membanjiri tubuh mereka selama 12 jam berikutnya. Manfaat dari proses itu, orang yang tertawa 15 menit sehari jarang sakit kepala. Tekanan darah mereka turun sebanyak 10-20 poin. Denyut nadi mereka pun turun.
3. Menurut Belson, humor dalam diskusi psikoterapi pribadi menolong sebagian pasien pulih lebih cepat akibat gangguan emosional, seperti depresi dan percekcokan suami-istri. Ia menggunakan humor agar pasien menanggapi persoalan dengan agak ringan untuk menciptakan pengaruh paradoks.
4. Humor juga dipakai sebagai terapi untuk orang yang penyakitnya tak mungkin disembuhkan. Sebagai contoh: "Suatu hari saya menjenguk salah seorang pasien yang penyakitnya tidak mungkin sembuh lagi, artinya ia sudah hampir mati. Ia menyuruh saya duduk di sisi tempat tidurnya dan berkata, 'Duduklah di sini. Apa Anda punya lelucon untuk saya bawa ke akhirat?"
Contoh lain menunjukkan pasien AIDS yang berpikir positif, mudah tertawa dan berjiwa humor, bertahan hidup tiga bulan lebih lama dibandingkan dengan pasien yang diagnosis dan prognosisnya serupa tapi tidak bersikap demikian.
Humor dan tertawa memang tidak dapat menggantikan pengobatan medis yang standar, namun bisa menjadi pengobatan tambahan yang manjur. (VOA/Ellen)

Kamis, 29 September 2011

SANGKAR BURUNG


Suatu hari, seorang lelaki tua mengamati seorang anak yang sedang membawa sangkar berisi banyak burung. Lalu ia bertanya, 
"Di mana kamu mendapatkan burung-burung tersebut, Nak?"
"Saya menangkap mereka sendiri," anak itu menjawab.
"Apa yang akan kamu lakukan dengan mereka?" tanya lelaki tua itu.
"Saya akan bermain dengan mereka," jawab anak itu.
"Lalu setelah itu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya lelaki tua itu. 
"Saya mungkin akan memberi mereka kepada kucing-kucing untuk dimakan."
"Berapa besar kamu mau untuk burung-burung tersebut?" tanyanya lagi.
"Oh, Anda tidak mungkin mau membelinya. Mereka hanyalah burung-burung biasa yang bisa ditemukan di padang," kata anak itu.
"Jadi berapa kamu mau?" lelaki tua itu memaksa.
Akhirnya, anak itu setuju untuk menjual burung-burung tersebut dengan sejumlah uang dan sangkar burung itu diberikan ke lelaki tua tersebut. Ia mengambil sangkar itu dan pergi ke jalan yang sepi dan tenang. Ketika ia melihat tidak ada orang yang melihat, ia membuka sangkar itu dan melepaskan semua burung-burung tersebut ke udara.
Suatu hari, Tuhan bertemu Iblis meninggalkan Taman Eden dengan sangkar besar yang penuh berisi manusia.
"Di mana kamu mendapatkan orang-orang ini?" Tuhan bertanya.
"Saya menangkap mereka," jawab Iblis.
"Apa yang akan kamu lakukan dengan mereka?" tanya Tuhan.
"Saya akan bermain dengan mereka," Iblis menjawab.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan terhadap mereka?" tanya Tuhan lagi.
"Saya akan membunuh mereka," jawab Iblis lagi.
"Berapa besar yang kamu mau untuk mereka?" Tuhan bertanya.
Iblis berpikir sebentar lalu berbisik, "Kamu harus membayarnya dengan semua airmata yang dapat kamu tangisi, dan semua darah yang dapat kamu curahkan."
Tuhan setuju dan sangkar itu berpindah tangan. Tiga hari setelah airmata dan darah dicurahkan, ketika tidak ada seorangpun yang melihat, di suatu gua yang sepi dan tenang, Tuhan membebaskan manusia! 

Minggu, 25 September 2011

SATU GELAS SUSU


Suatu hari seorang bocah perempuan miskin sedang berjualan dari rumah ke rumah demi membiayai sekolahnya. Ia merasa lapar dan haus, tapi sayangnya ia hanya mempunyai sedikit sekali uang. Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat. Tetapi, saat seorang gadis muda membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya.
Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih untuk menawarkan dahaga. Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, maka dibawakannyalah segelas besar susu untuk anak tersebut. Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, "Berapa saya berhutang kepada anda ?"
"Kamu tidak berhutang apapun kepada saya," jawabnya. "Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan."
Anak itu menjawab, "Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam."
Saat Howard Kelly bocah kecil yang miskin itu meninggalkan rumah tersebut, dia bukan hanya merasa badannya lebih segar, tetapi keyakinannya pada Tuhan dan sesama manusia menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah.
Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari ada seorang wanita muda mengalami sakit parah. Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya mengirim wanita itu ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan spesialis.
Dr. Howard Kelly dipanggil untuk berkonsultasi. Ketika ia mendengar nama kota tempat asal si pasien, ia segera pergi ke kamar tempat dimana wanita tersebut di rawat. Ia langsung mengenali wanita tersebut dan memutuskan untuk melakukan hal terbaik yang bisa ia usahakan untuk menolongnya. Sejak hari itu, ia memberikan perhatian khusus pada kasus ini. Setelah melewati perjuangan panjang, peperangan-pun dapat dimenangkan.
Dr. Kelly dipanggil oleh pihak administrasi untuk menandatangani kuitansi biaya yang harus dibayarkan oleh si wanita kepadanya. Ia melihat kepada kuitansi tersebut, dan kemudian menuliskan sesuatu. Kuintansi tersebut lalu dikirim ke kamar perawatan si wanita. Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu membayarnya. Akhirnya dengan menguatkan hati, ia melihat ke kuintansi tersebut. Sebuah tulisan pada kuitansi telah menarik perhatiannya.
Ia membaca tulisan itu
"TELAH DIBAYAR PENUH DENGAN SATU GELAS SUSU."
Tertanda,
Dr. Howard Kelly.
Air mata mengalir dari matanya saat hatinya yang bahagia mengucapkan doa dan pujian: "Terima kasih Tuhan, kasihMu telah memancar melalui hati dan tangan manusia." 

Kamis, 22 September 2011

SUARA TUHAN


Seorang pria muda tengah mengikuti Studi Alkitab hari rabu malam. Pendeta sedang membagikan pengalaman tentang mendengarkan Allah dan mematuhi suara Tuhan.
Pria muda itu tidak tahan namun berpikir,"Apa Tuhan masih berbicara pada orang-orang?" Setelah acara selesai, ia pergi keluar bersama beberapa teman untuk ngopi dan makan kue dan mendiskusikan pengalaman pendeta tadi. Beberapa teman lain berbicara tentang bagaimana Tuhan memimpin mereka dengan cara yang berbeda.
Kira-kira jam 10, ketika pria muda itu mulai mengendarai mobilnya untuk pulang. Sambil duduk dijok mobilnya, ia mulai berdoa, "Tuhan... jika Engkau masih berbicara pada orang-orang, bicaralah padaku, aku akan mendengarkan, aku akan lakukan yang terbaik untuk mematuhinya".
Sementara ia mengendarai ke jalan raya dikota, tiba-tiba ia mempunyai pikiran yang sangat aneh untuk berhenti dan membeli segalon susu. Ia menggelengkan kepalanya dan berkata lantang, "Tuhan, Engkaukah itu?" Ia tidak mendapat jawaban dan mulai meneruskan perjalanan pulang. Tapi sekali lagi dipikirannya, beli 1 galon susu. Pria muda itu berpikir tentang Samuel dan bagaimana ia tidak mengenali suara Tuhan, dan bagaimana ia berlari mendapati Eli.
"Baik Tuhan, seandainya itu Engkau, saya akan beli susunya"
Sepertinya tidak sulit untuk sebuah ujian kepatuhan, karena ia selalu dapat memakai susu itu. Iapun berhenti dan membeli segalon susu dan meneruskan perjalanan pulang. Sementara ia menelusuri persimpangan jalan Seventh, ia kembali merasa ada keinginan besar dihatinya, "Belok ke jalan itu".
Ini gila pikirnya, ia terus mengendarai melewati persimpangan itu. Kemudian, ia merasa bahwa ia harus belok ke Jalan Seventh. Di persimpangan berikutnya, ia berputar kembali dan menuju ke Jalan Seventh.
Setengah bergurau, ia berkata dengan lantang,"Baik Tuhan, akan kulakukan".
Ia melewati beberapa block, ketika tiba-tiba, ia merasa harus berhenti. Ia mendekati pinggiran jalan dan melihat sekeliling. Ia berada di kota semi area perdagangan. Bukan lingkungan yang terbaik, tapi juga bukan yang terburuk. Aktivitas bisnis sudah tutup dan sebagian besar rumah terlihat gelap dan sepertinya orang-orang sudah tidur.
Kemudian, ia merasa sesuatu,"Pergi dan berikan susu itu pada orang di rumah seberang jalan". Pria muda itu menatap rumah tsb. Gelap dan sepertinya orang-orang sedang pergi atau sudah tidur. Ia mulai membuka pintu tapi duduk kembali di jok mobilnya.
"Tuhan, ini gila. Orang-orang itu sedang tidur dan jika aku membangunkannya, mereka akan marah dan aku keliatan bodoh". Lagi, ia merasa seperti ia harus pergi dan memberikan susu itu.
Akhirnya, ia membuka pintu, "Baik Tuhan, jika ini Engkau, aku akan pergi ke pintu dan aku akan memberikan susu itu pada mereka. Jika Engkau ingin aku kelihatan seperti orang gila, baiklah. Kupikir dalam beberapa kali jika mereka tidak langsung menjawab, aku pergi dari sini.
Ia menyebrangi jalan dan membunyikan bel. Ia dapat mendengar beberapa suara di dalam. Sebuah suara laki-laki berteriak,"Siapa itu? Apa maumu?" Lalu pintu dibuka sebelum pria muda itu dapat pergi.
Laki-laki itu berdiri disitu dengan berpakaian jean dan kaos. Ia keliatan baru saja turun dari tempat tidur. Ada keanehan pada mukanya dan ia tidak keliatan sangat senang mendapati tamu sedang berdiri di muka pintunya. "Apa ini?"
Pria muda itu menyorongkan galon susunya,"Ini, kubawa untukmu"
Laki-laki itu mengambil susu itu, dan berlari ke dalam rumah. Dan dari dalam rumah keluar seorang wanita membawa susunya ke dapur. Laki-laki itu mengikutinya menggendong seorang bayi. Bayi itu menangis. Airmata jatuh dari wajah laki-laki itu. Laki-laki itu mulai berkata dan setengah menangis, "Kami baru saja berdoa. Kami punya hutang banyak bulan ini dan kami kehabisan uang. Kami tidak punya susu untuk bayi kami. Aku baru saja berdoa dan minta Tuhan tunjukkan aku bagaimana mendapatkan susu".
Istrinya dari dalam dapur berteriak,"Aku minta Dia kirimkan seorang malaikat membawakannya. Apakah kamu seorang malaikat?"
Pria muda itu menggapai dompetnya dan mengeluarkan semua uang yang ada padanya dan menaruhnya dalam tangan laki-laki itu. Ia membalikkan badan berjalan ke mobilnya dan airmata mengalir di wajahnya.
Ia tahu bahwa Tuhan masih menjawab doa-doa.
Ini benar-benar nyata. Kadang-kadang hal yang paling sederhana Tuhan minta kita melakukannya karena kita. Jika kita patuh pada apa yang Dia minta, dimampukan untuk mendengar. SuaraNya lebih jelas dari waktu ke waktu. Dengarkan dan patuh! Kau (dan dunia) akan diberkati. (Fil 4:13. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku)
Hidupku bukannya aku lagi tapi Yesus hidup dalamku ...

Rabu, 21 September 2011

Panah


Suatu ketika, hiduplah seorang bijak yang mahir memanah dan mempunyai tiga orang murid yang setia. Ketiga pemuda tersebut, amatlah tekun menerima setiap pelajaran yang diberikan oleh guru tuanya itu. Mereka bertiga sangat patuh, dan tumbuh menjadi 3 orang pemanah yang ulung. Telah banyak buruan yang mereka dapatkan. Bidikan mereka bertiga sangatlah jitu. Sampai suatu ketika, tibalah saat untuk ujian bagi ketiganya. 
Sang guru, kemudian memilih lokasi ujian di sekitar tempat mereka belajar. Pilihannya jatuh pada sebuah pohon besar dengan latar belakang gunung yang indah. Diletakkannya sebuah burung kayu, pada cabang pohon itu. Setelah mengambil jarak beberapa puluh meter, Ia lalu berkata, "Muridku, lihatlah ke arah gunung itu, apa yang akan kau bidik ..."
Murid pertama maju ke depan. Busur dan anak panah telah disiapkan. Dengan lantang, ia menjawab, "Aku melihat sebuah batang pohon. Itulah sasaran bidikanku." Sang guru tersenyum. Ia memberikan tanda, agar muridnya itu menunda bidikannya. Sesaat kemudian, murid yang kedua pun melangkah mendekat. "Bukan. Aku melihat sebuah burung. Itulah sasaran bidikanku. Biarkan aku memanahnya Guru," seru murid itu, "Nanti, kita bisa memanggang burung yang lezat untuk makan siang."
Sang guru kembali tersenyum. Diisyaratkan tanda agar jangan memanah dulu. Ia bertanya kepada murid yang ketiga. "Apa yang kau lihat ke arah gunung itu?" Murid ketiga terdiam. Ia mengambil sebuah anak panah. Direntangkannya tali busur, dibidiknya ke arah pohon tadi. Tali-tali itu menegang kuat. "Aku hanya melihat bola mata seekor burung-burungan kayu. Itulah bidikanku." Diturunkannya busur itu. Tali-tali panah tak lagi meregang. Sang Guru kembali tersenyum, namun kali ini, dengan rasa bangga yang penuh. 
"Muridku, sejujurnya, kalian semua layak untuk lulus ujian ini. Namun, ada satu hal yang perlu kalian ingat dalam memanah. Fokus. Sekali lagi, fokus. Tentukan bidikan kalian dengan cermat. Tujuan yang jelas, akan selalu meniadakan hal-hal yang menjadi penganggunya." Ia kembali melanjutkan, "Sebuah keberhasilan bidikan, akan ditentukan dari tingkat kesulitan yang dihadapinya. Sebuah pohon besar dan burung, tentu adalah sasaran yang paling mudah untuk didapat. Namun, bisa mendapatkan bidikan pada bola mata burung-burungan kayu, itulah yang perlu kalian terus latih."

Teman, memanah, adalah sama halnya dengan hidup. Kita pun perlu mempunyai fokus. Kita butuh sasaran dan tujuan. Memang, selalu ada banyak godaan-godaan pilihan yang harus dibidik. Selalu ada ribuan sasaran yang akan kita tuju dalam hidup. Ada bidikan yang sulit, dan ada pula bidikan yang sangat mudah. 
Namun, kita harus jeli. Kita wajib untuk cermat. Dan, sudahkan kita tentukan tujuan hidup kita dengan jeli dan dengan cermat? Tujuan yang terfokus, mungkin bukanlah hadir pada hal-hal yang besar. Tujuan yang terfokus, kerap ada pada sesuatu yang kecil, yang kadang sering dianggap remeh. Karena itulah mari, bidiklah setiap sasaran itu dengan jeli. Siapkanlah "busur dan panah" hidup kita dengan cermat. (Anonim)

Bersyukurlah atas pintu-pintu yang tertutup


Bersyukurlah  atas pintu-pintu yang tertutup! Bersyukurlah atas pintu-pintu yang tertutup! Belajarlah untuk memuji Tuhan sebanyak mungkin ketika  sebuah pintu tertutup bagi kita, sama seperti ketika sebuah pintu dibukakan  bagi kita. Alasan Allah menutup pintu-pintu adalah karena DIA tidak  menyediakan sesuatu bagi kita di balik pintu itu.
Jika DIA tidak  menutup pintu yang salah, kita tidak pernah menemukan pintu yang benar, Allah  mengarahkan jalan kita melalui pintu-pintu yang tertutup dan terbuka. Ketika  satu pintu ditutup, kita akan terdorong untuk mengubah rencana kita.
Pintu yang tertutup lainnya akan memaksa kita untuk  mengubah rencana lagi. Hingga akhirnya kita menemukan pintu yang terbuka dan  kita melangkah menuju berkat-2 bagi kita. Allah mengarahkan  jalan-jalan kita melalui pintu-pintu yang terbuka dan  tertutup, namun  biasanya bukannya memuji DIA karena pintu yang tertutup (yang justru  menghindarkan kita dari masalah) kita sering kali menjadi marah karena kita  "menilai atas apa yang tampak saja".
Kita selalu mendapat pertolongan  segera pada saat diperlukan. Karena Dia berjalan di atas kepala kita, DIA  dapat melihat masalah yang ada di sepanjang jalan yang akan kita lalui, lalu  DIA membangun penghambat jalan di sana atau bahkan membuat jalan berkelok.  Namun karena kebodohan kita, kita mencoba menghancurkan penghambat jalan atau  menyingkirkan tanda melalui jalan berkelok.
Kemudian, pada saat kita  menghadapi masalah, kita mulai menangis "Tuhan, mengapa Engkau melakukan hal  ini padaku?". Kita harusnya menyadari bahwa pintu yang tertutup dapat  merupakan suatu berkat.
Tidakkah dikatakanNYA bahwa Tidak ada kebaikan  yang akan disembunyikan dari orang yang mencintaiNYA ? Jika Engkau di-PHK  dari pekerjaanmu – pujilah Tuhan karena kesempatan-kesempatan baru yang akan  muncul - bisa saja suatu pekerjaan baru atau sekolah lagi.
Jika  seorang pria atau wanita tidak menyambut hatimu - mungkin bukan karena mereka  sendiri, tapi mungkin Tuhan yang mengatur sebuah penghambat jalan – atau mungkin Tuhan tidak memberikan mereka kepadamu karena Ia telah menyiapkan seseorang yang jauh lebih baik untukmu. (relakanlah).
Kita kadang-kadang dapat merangkap diri kita dalam  keraguan dan kekecewaan karena menilai apa yang tampak saja. Aku sungguh  bergembira karena banyak kali Bapa Kita telah menutup pintu-pintu bagiku  hanya untuk membukakan pintu dalam tempat yang tak terduga. Allah tidak akan  selalu mengatakan dengan kata-kata:"belok ke kiri, lalu ke kanan"........  kadang-kadang DIA hanya akan menutup pintu-pintu yang  salah.
God never closes a door, without opening a window.

Selasa, 20 September 2011

APA YANG MEMBUAT ALLAH TERSENYUM?




Teks : Kejadian 6-10.
          Senyuman Allah adalah tujuan hidup kita manusia.  Karena menyenangkan Allah adalah tujuan pertama hidup kita, maka tugas terpenting Anda ialah menemukan bagaimana melakukannya.  Alkitab berkata, berusahalah mengenal apa yang menyenangkan hati Kristus, lalu lakukanlah itu.”[1]  Untunglah, Alkitab memberi kita satu teladan yang jelas tentang sebuah kehidupan yang memberikan kesenangan bagi Allah.  Namanya adalah Nuh.
          Pada zaman Nuh, seluruh dunia telah rusak secara moral.  Setiap orang hidup bagi kesenangan mereka sendiri, bukan kesenangan Allah.  Allah tidak menemukan seorang pun di bumi yang tertarik untuk menyenangkan Dia, sehingga Allah berdukacita dan menyesal telah menciptakan manusia.  Allah begitu jijik terhadap umat manusia sehingga Dia berencana untuk memusnahkan manusia.  Akan tetapi, hanya ada satu manusia yang membuat Allah tersenyum.  Alkitab berkata, Tetapi Nuh sangat menyenangkan hati Tuhan.”[2] 
          Allah berkata, “orang ini mendatangkan kesenangan bagi-Ku. Dia membuat-Ku tersenyum.  Aku akan memulai lagi dengan keluarganya.”  Karena Nuh mendatangkan kesenangan bagi Allah, Anda dan saya dapat hidup sampai saat ini.
Dari kehidupannya kita melihat bahwa ada lima hal yang membuat Allah tersenyum.
  1. Allah tersenyum bila kita mengasihi Dia di atas segalanya.
Nuh mengasihi Allah lebih dari segala yang lain di dunia, bahkan ketika tidak seorang pun mengasihi Allah !  Alkitab memberitahu kita bahwa sepanjang hidupnya, Nuh senantiasa mengikuti kehendak Allah dan hidup dalam hubungan yang erat dengan Dia.[3]
              Inilah yang paling Allah inginkan dari kita yaitu suatu hubungan.  Inilah kebenaran yang paling menakjubkan di alam semesta, bahwa Pencipta kita ingin bersekutu dengan kita.  Allah menciptakan kita untuk mengasihi kita, dan Dia rindu agar kita membalas mengasihi Dia.  Allah berfirman, “ Aku tidak mengingini kurban-kurbanmu; Aku menginginkan kasihmu.  Aku tidak mengingini persembahan-persembahanmu; yang kuingini ialah agar kamu mengenal Aku.”[4] 
                   Allah benar-benar kita dan sebaliknya Ia ingin kita mengasihi Dia.  Dia rindu agar kita mengenal Dia dan menghabiskan waktu bersama-Nya.  Inilah sebabnya belajar untuk mengasihi Allah dan dikasihi oleh-Nya seharusnya menjadi tujuan hidup kita.  Tidak ada hal lain yang bisa menandingi pentingnya hal tersebut.  Yesus menyebutnya hukum yang terutama.  Dia berkata, “ Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.[5]
  1. Allah tersenyum ketika kita mempercayai Dia sepenuhnya.
Alasan kedua Nuh menyenangkan Allah karena dia mempercayai Allah, bahkan ketika hal tersebut tidak masuk akal.  Alkitab berkata, Karena iman, Nuh membangun bahtera di tengah-tengah tanah kering.  Ia diperingatkan tentang sesuatu yang tidak kelihatan, lalu ia bertindak sesuai dengan apa yang disuruhkan kepadanya,. . .  sebagai hasilnya, Nuh menjadi akrab dengan Allah.[6]
Bayangkan situasi ini : suatu hari Allah mendatangi Nuh dan berkata, “Aku kecewa dengan umat manusia.  Di seluruh dunia, tidak seorang pun kecuali kau yang memikirkan-Ku.  Tetapi Nuh, ketika Aku melihatmu, Aku mulai tersenyum.  Aku senang dengan hidupmu, jadi Aku akan meliputi dunia dengan air bah dan memulai kembali dengan keluargamu.  Aku ingin kau membangun sebuah perahu raksasa yang akan menyelamatkanmu beserta binatang-binatang.” 
Ada tiga masalah yang bisa menyebabkan Nuh bimbang.
·         Nuh tidak pernah melihat hujan, karena sebelum air bah, Allah mengairi bumi dari dasar bumi.[7]
·         Nuh hidup ratusan mil dari samudra terdekat.  Meskipun  dia bisa belajar membangun bahtera, bagaimana dia bisa membawanya ke air ?
·         Ada masalah dalam mengumpulkan seluruh binatang dan kemudian memeliharanya.
Tetapi Nuh tidak mengeluh atau membuat alasan.  Dia mempercayai Allah sepenuhnya, dan hal tersebut membuat Allah tersenyum.  Mempercayai Allah sepenuhnya berarti memiliki iman bahwa Dia tahu apa yang terbaik bagi kehidupan kita.  Kita mengharap agar Dia memelihara janji-janji-Nya, membantu kita dengan masalah-masalah, dan melakukan hal yang mustahil bila perlu.  Alkitab berkata, “Tuhan senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya.[8]  
Nuh memerlukan 120 tahun untuk membangun bahtera tersebut.  Saya membayangkan bahwa dia menghadapi banyak hari yang melemahkan.  Tanpa adanya tanda hujan tahun demi tahun, dia dengan kasat dikritik sebagai “seorang yang gila yang berpikir bahwa Allah berbicara kepadanya.”  Saya membayangkan anak-anaknya seringkali malu dengan perahu raksasa yang sedang dibangun di halaman depan.  Namun, Nuh tetap mempercayai Allah. 
Dalam bidang kehidupan kita yang manakah kita perlu mempercayai Allah sepenuhnya ?  percaya adalah tindakan penyembahan.  Sama seperti orangtua disenangkan ketika anak-anak mempercayai kasih dan hikmat mereka, iman kita membuat Allah senang.  Alkitab berkata, “tanpa iman, tidak dapat seorang pun dapat menyenangkan hati Allah.” [9]
  1. Allah tersenyum ketika kita menaati Dia dengan sepenuh hati.
Menyelamatkan populasi binatang dari air bah yang melanda seluruh dunia membutuhkan perhatian besar terhadap logistik dan rincian.  Segala sesuatu harus dikerjakan sama seperti yang Allah tentukan.  Allah tidak berkata, “Bangunlah sebuah perahu tua yang kauinginkan, Nuh.”  Dia memberi petunjuk yang sangat rinci dalam ha ukuran, bentuk, dan bahan bahterah itu serta jumlah yang berbeda dari binatang-binatang yang akan dibawa dalam bahtera.  Alkitab memberi tahu kita tentang tanggapan Nuh: “Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.”[10] 
Perhatikan bahwa Nuh taat sepenuhnya (tidak ada petunjuk yang diabaikan), dan dia menaati dengan tepat (dalam cara dan waktu yang Allah inginkan agar bahterah itu selesai).  Inilah artinya sepenuh hati.  Tidak diragukan lagi Allah tersenyum kepada Nuh.
Andaikata Allah meminta kita untuk membangun sebuah perahu besar, tidaklah kita berpikir bahwa kita mungkin memiliki beberapa pertanyaan, keberatan, atau keengganan?  Nuh tidak.  Dia menaati Allah dengan segenap hati.  Itu berarti mengerjakan apapun yang Allah minta tanpa keengganan atau keraguan.  Kita tidak menunda dan berkata, “Saya akan mendoakannya.”  Kita melakukannya tanpa penundaan.  Setiap orang tua tahu bahwa ketaatan yang ditunda sebetulnya merupakan ketidaktaatan.


[1]  Efesus 5:10, terjemahan The Message (Colorado Springs: Navpres, 1993).

[2]  Kejadian 6:8, Firman Allah yang Hidup. 
  
[3]  Kejadian  6:9b, New Living translation.

[4]  Hosea 6:6, FAYH.

[5]  Matius 22:37-38.

[6]  Ibrani 11:7, Msg.

[7]  Kejadian 2:5-6.
[8]  Mazmur 141:11

[9]  Ibrani 11:6 (BIS)

[10] Kejadian 6:22; lihat juga Ibrani 11:7b.