Selasa, 19 Februari 2013

Bagaimana untuk berjalan dalam keintiman yang lebih dalam dengan Penciptamu


Lebih dalam lagi, Saya benar-benar percaya setiap orang Kristen mau mengalami hubungan intim dan pribadi dengan dalam bersama Tuhan. Dan Saya juga percaya tiap dan semua orang percaya dalam Kristus dapat mempunyai hubungan seperti ini dengan Penciptanya.


Tapi sering ada masalah dalam bagaimana kita mendekat kepada Tuhan. Kita sering datang kepada-Nya melihat pada hadiah atau kita terus menerus meminta Dia akan sesuatu. Sekarang, Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak boleh datang kepada Tuhan dengan masalah dan beban kita. Kenyataannya, Dia mengatakan kepada kita dalam 1 Petrus 5:7 mengatakan kepada-Nya mengenai kekuatiran kita karena Dia begitu besar peduli kepada kita. Tapi jika kamu mau mengenal Tujan, benar-benar mau mengenal Dia, ada doa yang lain yang Dia mau dengarkan dari kamu. Itu adalah sebuah doa seperti seorang yang kita dengarkan Musa berdoa di Keluaran 33:13. 


Dalam pikiranmu, ini adalah suatu doa yang paling hebat dalam semua bacaan: ”Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu.” Kata yang Musa pakai saat dia berkata dia mau mengenal Tuhan adalah kata yang sama yang digunakan dalam Kejadian 4:1 dimana dikatakan, ”Adam mengenal Hawa istrinya.” Musa meminta untuk mempunyai hubungan pribadi, keintiman bersama Tuhan. Dia mau dekat dengan Tuhan. Teman, doa-doa seperti itu dapat menyentuh hati Tuhan karena tidak terlalu banyak orang mendoakan itu! 

Saya membaca kisah Abraham Lincoln yang menempati selama perang saudara. Seorang wanita sebenarnya datang ke Gedung Putih dan entah bagaimana mendapat sepiring kue. Saat pada akhirnya dia sampai kepada Presiden, dia berkata, ”Tuan Presiden, Saya tidak minta apapun. Saya hanya berpikir mengenai engkau hari ini dan beban yang engkau ambil.. dan Saya hanya berpikir mungkin beberapa kue yang akan meringankan engkau kembali.” Lincoln bangun dan berkata, ”Ibu, Saya melihat banyak orang hebat setiap hari, dan mereka mau banyak hal-hal besar dari saya. Tapi semua orang yang Saya telah lihat sejak di kantor, kamu adalah orang pertama yang pernah datang tidak meminta sesuatu dari saya tapi minta membawakan sesuatu kepada saya.” Saat Tuhan senang menjawab doa kita, Dia juga menginginkan agar kita membawa sesuatu kepada-Nya. 

Tapi seberapa sering kita..apakah kita datang kepada-Nya membawa sesuatu? Itu adalah doa yang seperti itu mengatakan, ”Tuhan, Saya mau mengenal Engkau. Saya hanya mau bergantung. Saya mau menemukan siapa Engkau. Tunjukkan kepada Saya dengan apa Engkau ada.” Teman, Saya berpikir kita semua dapat mengenal Tuhan secara pribadi dan intim.. sama seperti yang dilakukan Musa...cara yang Paulus lakukan.. bahkan cara yang Abraham lakukan. Paulus berseru di Filipi 3:10, ”Yang kuketahui ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Dan Abraham menemukan apa yang Tuhan maksudkan saat Dia berkata di Kejadian 15:1, ”Akulah perisaimu, upahmu akan sangat besar.” 

Hidup adalah tentang mengenal Tuhan! Jadi biarkan Saya menantang kamu hari ini untuk berdoa seperti ini: Tuhan, tunjukkan kepada saya siapa Engkau. Saya tidak datang dengan permintaan. Saya telah mendapat daftar yang panjang, tapi Saya akan meninggalkan itu di luar pintu sekarang. Tuhan, saya hanya datang kepada-Mu karena saya mau mengenal Engkau. Saya hanya mau membuat hati-Mu bahagia. Saya mau membuat Engkau tersenyum. 

Tuhan, tunjukkan saya jalan-Mu. Lakukan ini dengan menyenangkan hati Tuhan! Dan kamu akan menjadi terkejut pada beberapa hal yang mulai terjadi di dalam kehidupan kamu saat kamu mendoakan doa ini. Karena saya benar-benar percaya Tuhan berseru, berkata, ”Oh, itu mereka berjalan dalam jalan Saya!”

Dia mau kamu mengenal Dia hari ini!



Selasa, 15 November 2011

JUARA


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri,sebab memang begitulah peraturannya. 
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri. 
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. 
Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. 
"Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." 
Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. 
"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" 
Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." 
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan. 
Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. 
Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. 
Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. 
Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu ujian tersebut.

Rabu, 26 Oktober 2011

Beberapa Hal Yang Dapat Mendorongmu Untuk Tetap Bertahan !

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...
à Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
à Tuhan sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
à Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon...
à Tuhan selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
à Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
à Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
à Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur...
à Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
à Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
à Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap... TUHAN TAHU

BERSYUKURLAH...

Rabu, 19 Oktober 2011

HADIAH SANG AYAH


            Seorang pemuda sebentar lagi akan diwisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.
            Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari ford.
            Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya.  Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang kepadanya, sehingga dia yakin sekali nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu.  Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenag-senang dengan teman-temannya.  Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya.
            Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.  Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu.  Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,…bukan sebuah kunci ! dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. 
            Dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Alkitab yang bersampulkan kulit asli, di kulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. 
            Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, “Yaaahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan Alkitab ini untukku?”  Lalu dia membanting Alkitab itu dan lari meninggalkan ayahnya.  Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.
            Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses.  Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang.  Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah dan dikelilingi isteri yang cantik dan anak-anak yang cerdas.   Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri.  Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia.  Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu.
            Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.  Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu.  Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya.
            Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ.  Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap ayahnya.  Dengan bayang-bayang masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu.  Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Alkitab itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu.  Dengan air mata berlinang, dia lalu memungut Alkitab itu dan mulai membuka halamannya.  Dihalaman pertama Alkitab itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, “Dan kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, bagaimana Bapamu yang di sorga akan memberikan apa yang kamu minta kepada-Nya?”  Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Alkitab itu.  Dia memungutnya,…sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.
            Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu.  Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam.  Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga.  Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati.
Mari sayangi dan hormati kedua orang tua kita, karena mereka begitu mengasihi kehidupan kita.

Senin, 17 Oktober 2011

SANG SENIMAN


Tidak ada bentuk. Kosong. Gelap gulita. Sang Seniman melayang-layang di atas permukaan air.
"Terang!" Bisik Sang Seniman mulai berkarya. Zap! Terang menyeruak, gelap terpisah.
"Cakrawala!" Boom! Terciptalah air di atas dan air di bawah. Terciptalah langit. Terciptalah laut.
"Tumbuhan!" Kreeeaaakk!! Tunas-tunas keluar dari tanah. Akar-akar mencengkeram bumi. Buah-buah ranum menghias. Rumput tergelar. Daun melambai.
"Matahari!" Berkuasa di siang. "Bulan!" Berkuasa di malam. "Bintang!" Klap! Blas! Blas! Tap! Wuzz!
"Binatang!" Cit-cit.. Auuum!..Mbeeek!...Meong!..Guk-guk!..Shhh..Mooo!
Sunyi.
Sang Seniman yang tidak kasat mata itu kelihatan asyik dan sibuk bermain tanah. Kali ini IA meluangkan banyak waktu untuk berkarya. Asyik. Serius. Singa menengok. Jerapah diam. Gajah melotot takjub. Burung-burung saling berbisik, "Apa yang sedang dibuatNya?"
Awan berhenti,"suatu binatang?" Pohon tak bergeming,"... atau tumbuhan?" Laut tertegun,"...gunung?" Shhhh...wuuzz..angin hangat bertiup melambaikan dedaunan. NafasNya.
DilihatNya karyaNya. DisentuhNya bagian pipi biar ada tawa. DitaburNya kerlap-kerlip dalam matanya. DitiupkanNya kehendak. Pikiran. Keinginan. Free will. Logika. Kesadaran. Roh. Sang Seniman melipat tanganNya. JariNya mengelus-elus daguNya. MataNya dipicingkan ...mengamati mahakaryaNya. CitraNya. "Bagus!" kataNya mantap.
IA pun berjalan bersamanya di taman penuh bunga. Tawa polos. Murni. Bermain cipratan air sungai. Hidup tidak ada habisnya.
Lalu... ada pohon. Ada buah. Ada bujukan. Ada ketidaktaatan. Ada bohong. Ada malu. Ada saling menyalahkan. Kehendak disalahgunakan. Kemerdekaan diumbar. Kematian menerobos masuk dengan leluasa. Sang Seniman marah. Terlebih lagi: Sedih. Air Mata. Tembok transparan itu muncul dari tanah. Sang Seniman terpisah dengan mahakaryaNya.
Kuasa berganti kelemahan. Kepolosan berganti geram. Sahabat berganti musuh. Derita. Kerja keras. Sakit. Takut. ..Neraka.
Sang Seniman masih mencintai citraNya. Selalu mencintainya. IA rindu. IA mencari.
"Abraham! Kau akan kujadikan bapa segala bangsa! Katakan pada mereka semua bahwa AKU mencintai dan merindukan mereka!"
"Musa! Bawa keluar umatKU! Katakan AKU rindu dan mencintai mereka!"
"Yosua! Pimpin orang-orangKU! Katakan. AKU rindu. Katakan AKU cinta!"
"Daud! Jadilah raja atas umatKU. Dan katakan ... AKU rindu. AKU cinta.."
"Yeremia! Gideon! Hosea! Nehemia! Katakan AKU merindukan kembali hubungan seperti dulu. AKU mencintai mereka."
Pemberontakan. Korban. Pembebasan. Pemberontakan. Korban. Pembebasan. Pemberontakan. Korban. Pembebasan ... terus berputar.
Sang Seniman terdiam. IA hendak berkarya lagi. Singgasana tempat IA duduk terlihat kosong. Malaikat tertunduk. IA turun. IA turun!
Gadis perawan tak tersentuh....kaget. Telur tiba-tiba tercipta. Rahim murni bergerak. IA mulai berkarya. Tapi bukan lagi membentuk citraNya. IA membentuk diriNya sendiri. Sebuah tubuh. Roh tak terbatas dibatasi daging. Kemuliaan bertengkorak. Kemahakuasaan ditumbuhi rambut. Gigi. Kelopak mata. Kuku jari. Rusuk. Ginjal. Paru-paru. Bola mata. Garis-garis kening.
Sekali lagi: IA berjalan dengan karyaNya. Di taman. Tapi kali ini tamannya bukan lagi berbunga, tapi berduri, menusuk. Cipratan air bukan lagi karena bermain tapi ludah di mukaNya. Tawa bukan karena sukacita tapi olok-olok. Pahit. Babak belur. Sakit. Kotor. Darah.
Lalu ... ada pohon. Ditebang. Dibentuk salib. Diikat. Dipaku. Digantung. Dikotori darah. Direntangkan ... dijadikan jembatan. Diayunkan ... merobohkan tembok transparan. Sang Seniman melipat tangan. JariNya mengelus-elus dagu. MataNya memicing. Kini IA sekali lagi berkata, "Bagus !"
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (I Korintus 15:21)

Sabtu, 08 Oktober 2011

Tertawa adalah obat


Tertawa itu merupakan obat yang mujarab. Kini, tertawa dianggap sebagai alat yang berpengaruh untuk menyembuhkan dan menolong orang pulih dari berbagai penyakit fisik dan jiwa.
Menurut Marianne Dolan, seorang perawat dan direktur rumah sakit untuk pasien yang dianggap tak mungkin sembuh, di Meredith, negara bagian New Hampshire, ide ini mulai memperoleh dukungan dalam masyarakat ilmiah dan kedokteran 20 tahun yang lalu. Pada mulanya terapi humor tidak dianggap sebagai sains, tetapi kini kita telah mengenalnya sebagai gelontology, sains humor dan tertawa.
Dolan menyarankan kepada pasiennya untuk memperhatikan apa yang lucu. Orang hendaknya mengubah keadaan tragis menjadi komedi.
Ada beberapa bukti bahwa humor (baca juga: tertawa) itu bermanfaat:
1. Dr. Richard Belson, seorang dosen di School of Social Work Universitas Adelphi dan juga seorang ahli terapi, menyatakan bahwa dengan berhumor, kita bisa lebih kreatif. Ketika mendapat masalah pribadi dan emosional, hendaknya kita jangan terbentur dengan hanya berpikir, "Aduh, apa ya yang bisa kulakukan?" Kita bisa berkonsultasi dengan seorang ahli terapi. Ahli psikoterapi bisa menolong kita, setidaknya untuk membantu kita melihat situasi itu ada humornya, dan menjadi lebih kreatif untuk memecahkan masalah.
2. Cara berpikir seseorang yang dibarengi dengan rasa humor dapat meningkatkan sistem imunitas. Menurut Dolan, tertawa dikaitkan dengan salah satu zat otak dalam grup endorphin. Zat dalam grup Endorphin tampaknya mempengaruhi kebugaran emosi kita. Timnya telah mengucilkan 23 endorphin, tetapi hanya satu yang khusus untuk humor dan tertawa, dan ini disebut delyoson. Yang menakjubkan tentang delyoson, jika manusia tertawa 15 menit dalam sehari, delyoson membanjiri tubuh mereka selama 12 jam berikutnya. Manfaat dari proses itu, orang yang tertawa 15 menit sehari jarang sakit kepala. Tekanan darah mereka turun sebanyak 10-20 poin. Denyut nadi mereka pun turun.
3. Menurut Belson, humor dalam diskusi psikoterapi pribadi menolong sebagian pasien pulih lebih cepat akibat gangguan emosional, seperti depresi dan percekcokan suami-istri. Ia menggunakan humor agar pasien menanggapi persoalan dengan agak ringan untuk menciptakan pengaruh paradoks.
4. Humor juga dipakai sebagai terapi untuk orang yang penyakitnya tak mungkin disembuhkan. Sebagai contoh: "Suatu hari saya menjenguk salah seorang pasien yang penyakitnya tidak mungkin sembuh lagi, artinya ia sudah hampir mati. Ia menyuruh saya duduk di sisi tempat tidurnya dan berkata, 'Duduklah di sini. Apa Anda punya lelucon untuk saya bawa ke akhirat?"
Contoh lain menunjukkan pasien AIDS yang berpikir positif, mudah tertawa dan berjiwa humor, bertahan hidup tiga bulan lebih lama dibandingkan dengan pasien yang diagnosis dan prognosisnya serupa tapi tidak bersikap demikian.
Humor dan tertawa memang tidak dapat menggantikan pengobatan medis yang standar, namun bisa menjadi pengobatan tambahan yang manjur. (VOA/Ellen)

Kamis, 29 September 2011

SANGKAR BURUNG


Suatu hari, seorang lelaki tua mengamati seorang anak yang sedang membawa sangkar berisi banyak burung. Lalu ia bertanya, 
"Di mana kamu mendapatkan burung-burung tersebut, Nak?"
"Saya menangkap mereka sendiri," anak itu menjawab.
"Apa yang akan kamu lakukan dengan mereka?" tanya lelaki tua itu.
"Saya akan bermain dengan mereka," jawab anak itu.
"Lalu setelah itu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya lelaki tua itu. 
"Saya mungkin akan memberi mereka kepada kucing-kucing untuk dimakan."
"Berapa besar kamu mau untuk burung-burung tersebut?" tanyanya lagi.
"Oh, Anda tidak mungkin mau membelinya. Mereka hanyalah burung-burung biasa yang bisa ditemukan di padang," kata anak itu.
"Jadi berapa kamu mau?" lelaki tua itu memaksa.
Akhirnya, anak itu setuju untuk menjual burung-burung tersebut dengan sejumlah uang dan sangkar burung itu diberikan ke lelaki tua tersebut. Ia mengambil sangkar itu dan pergi ke jalan yang sepi dan tenang. Ketika ia melihat tidak ada orang yang melihat, ia membuka sangkar itu dan melepaskan semua burung-burung tersebut ke udara.
Suatu hari, Tuhan bertemu Iblis meninggalkan Taman Eden dengan sangkar besar yang penuh berisi manusia.
"Di mana kamu mendapatkan orang-orang ini?" Tuhan bertanya.
"Saya menangkap mereka," jawab Iblis.
"Apa yang akan kamu lakukan dengan mereka?" tanya Tuhan.
"Saya akan bermain dengan mereka," Iblis menjawab.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan terhadap mereka?" tanya Tuhan lagi.
"Saya akan membunuh mereka," jawab Iblis lagi.
"Berapa besar yang kamu mau untuk mereka?" Tuhan bertanya.
Iblis berpikir sebentar lalu berbisik, "Kamu harus membayarnya dengan semua airmata yang dapat kamu tangisi, dan semua darah yang dapat kamu curahkan."
Tuhan setuju dan sangkar itu berpindah tangan. Tiga hari setelah airmata dan darah dicurahkan, ketika tidak ada seorangpun yang melihat, di suatu gua yang sepi dan tenang, Tuhan membebaskan manusia!