Kamis, 16 Juni 2011

Jadilah Hamba Pelayan Yang Setia dan Sejati

Semboyan Hamba ”Aku datang untuk melayani bukan untuk dilayani”

Sebagai umat Tuhan dan sekaligus hamba atau pelayan bagi Tuhan hendaknya kita mengerti makna pelayanan kita bagiNya melalui pelayanan kita terhadap sesama manusia. Biasanya diakhir tahun seperti saat sekarang ini di beberapa jemaat-jemaat diadakan pemilihan tua-tua jemaat yang istilah alkitab para pelayan Tuhan. Ada banyak masalah yang dihadapi setiap jemaat pada saat pemilihan penatua atau pelayan jemaat karena kurangnya pengertian akan tugas pelayanan yang seharusnya mereka lakuakan. Nyatanya bukannya mereka jadi pelayan tetapi tinggal order dan yang melakukan bukan mereka sendiri. Renungan kali ini saya kutip dari beberapa buku kristen yang menolong kita untuk memilih pelayan di jemaat kita. Dan kususnya bagaimana kita bisa jadi pelayan yang diharapkan oleh Tuhan. Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita memiliki hati seorang pelayan (hamba)?
1. Pelayan sejati memberikan dirinya untuk melayani.
2. Pelayan sejati memperhatikan kebutuhan yang dilayaninya.
3. Pelayan sejati melakukan yang terbaik dengan apa yang dia miliki.
4. Pelayan sejati mengerjakan setiap tugas dengan dedikasi yang sama.
5. Pelayan sejati setia pada pelayanan mereka.
6. Pelayan sejati tetap rendah hati.
Pelayanan berawal didalam pikiran kita. Untuk menjadi seorang pelayan atau hamba dibutuhkan perubahan mental, suatu perubahan didalam sikap kita. Allah selalu tertarik pada mengapa kita mengerjakan sesuatu ketimbang pada apa yang kita kerjakan. Sikap lebih berarti daripada pencapaian. Pelayan-pelayan sejati melayani Allah dengan cara berpikir yang mengandung 5 sikap.

1. Pelayan lebih banyak memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri. Inilah kerendahan hati yang sejati : bukan menganggap diri kita kurang, melainkan kurang memikirkan diri kita sendiri. Mereka suka lupa pada diri mereka sendiri. Paulus berkata : ” Lupakanlah dirimu cukup lama guna memberi bantuan. ” Inilah apa yang dimaksud dengan ”kehilangan nyawa Kita,” yaitu berhenti memfokus pada kebutuhan – kebutuhan di sekeliling kita. Yesus ”telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba.” Kapan kali terakhir Kita mengosongkan diri Kita sendiri demi kebaikan orang lain? Kita tidak bisa menjadi seorang pelayan jika Kita penuh dengan diri Kita sendiri. Hanya bila kita melupakan diri kita sendiri barulah kita melakukan hal-hal yang layak untuk diingat. Matius 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

2. Pelayan berpikir seperti penatalayan, bukan pemilik. Didalam Alkitab ada banyak contoh Para pelayan sejati dan mereka mengingat bahwa Allah memliki segalanya. Seorang penatalayan ialah seorang hamba yang dipercayai untuk mengelola harta. Masih ingat seorang tawanan di Mesir, yaitu Yusuf? Dia merupakan seorang penatalayan yang terbaik. Dimana Potifar mempercayakan rumahnya kepada Yusuf. Kemudian kepala penjara mempercayakan urusan penjara kepada Yusuf. Akhirnya Firaun mempercayakan keseluruhan bangsa itu kepadanya. Keadaan sebagai hamba dan penatalayan berjalan bersamaan, karena Allah ingin agar kita bisa dikitalkan dalam keduanya. Alkitab berkata, “ Yang akhirnya dituntut dari pelayan – pelayan yang demikian adalah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”

3. Pelayan berpikir tentang pekerjaan mereka, bukan apa yang dikerjakan orang lain. Mereka tidak membanding – bandingkan, mengkritik, atau bersaing dengan pelayan atau pekerja pelayanan lainnya. Mereka terlalu sibuk melakukan pekerjaan yang telah Allah berikan kepada mereka. Persaingan di antara pelayan – pelayan Allah tidak masuk akal karena terlalu banyak alasan : Kita semua berada dalam tim yang sama; sasaran kita ialah membuat Allah terliat baik, bukan diri kita sendiri; kita telah diberi tugas-tugas yang berbeda; dan kita semua dibentuk secara unik. Paulus mengatakan, ”Kita tidak akan membanding – bandingkan diri kita sendiri dengan orang lain seolah – olah salah satu dari kita lebih baik dan yang lainnya lebih buruk. Kita memiliki hal – hal yang jauh lebih menarik untuk dikerjakan dengan kehidupan kita. Kita masing - masing tidak ada duanya.” Tidak ada tempat bagi rasa iri hati yang picik di antara para pelayan. Ketika kita sibuk melayani, Kita tidak memiliki waktu untuk mengkritik. Setiap waktu yang dihabiskan untuk mengkritik orang lain lebih baik digunakan untuk melayani. Ketika Marta mengeluh kepada Yesus bahwa Maria tidak membantu bekerja, Marta kehilangan hati pelayan dalam dirinya. Pelayan sejati tidak mengeluh tentang ketidakadilan, tidak memiliki kelompok yang mengasihani diri sendiri, dan tidak membenci mereka yang tidak melayani. Mereka hanya mempercayai Allah dan tetap melayani. Tugas kita bukanlah menilai pelayan–pelayan Tuhan lainnya. Alkitab mengatakan, ”Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkan ia berdiri, entahkan ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri.” Jadi bukan tugas kita membela diri kita terhadap kritikan. Biarkan Tuhan Kita menanganinya. Ikutilah teladan Musa, yang menunjukkan kerendahan hati sejati di depan lawannya, seperti juga Nehemia, yang tanggapannya terhadap para pengkritiknya hanyalah, ”Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar...Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!”

4. Pelayan mendasarkan identitas mereka didalam Kristus. Karena mereka ingat bahwa mereka dikasihi dan diterima oleh kasih karunia, para pelayan tidak harus membuktikan kelayakan mereka. Mereka dengan rela menerima pekerjaan – pekerjaan yang oleh orang – orang yang kurang percaya diri dianggap ”tidak pantas” untuk mereka kerjakan. Salah satu teladan yang sangat luar biasa tentang melayani dari suatu citra diri yang kokoh ialah tindakan Yesus yang membasuh kaki para murid. Membasuh kaki setara dengan menjadi seorang penyemir sepatu, sebuah pekerjaan yang tidak memiliki status. Namun Yesus tau siapa diri-Nya, jadi tugas tersebut tidak mengancam citra Diri-Nya. Alkitab mengatakan, ”Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah....Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pnggang-Nya.” lalu Yesus membasuh kaki murid-muridnya. Jika Kita hendak menjadi seorang pelayan, Kita harus menaruh identitas Kita di dalam Krsitus.

5. Pelayan memikirkan pelayanan sebagai sebuah kesempatan bukan sebuah kewajiban. Mereka senang menolong orang, memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengerjakan pelayanan. Mereka ”melayani TUHAN dengan sukacita.” Mengapa mereka melayani dengan sukacita?Karena mereka mengasihi Tuhan, mereka bersyukur atas kasih karunia-Nya, mereka tahu bawa melayani merupakan pemanfaattan kehidupan yang tertinggi, dan mereka tahu bahwa Allah telah menjanjikan suatu pahala. Yesus berjanji, ”Bapa akan menghormati dan memberi upah kepada orang yang telah melayani Aku.” Paulus berkata, ”Ia tidak melupakan apa yang kalian kerjakan bagi-Nya, dan kasih yang kalian tunjukkan kepada-Nya sewaktu menolong saudara-saudara seiman, dahulu dan sekarang.”

Dalam renungan yang saya kirimkan minggu lalu tentang perumpamaan Yesus mengenai talenta menggambarkan bahwa Allah ingin kita menggunakan sebaik-baiknya apa yang telah Dia berikan kepada kita. Kita harus mengembangkan karunia dan kemampuan kita, tetap menjaga hati kita menyala, menumbuhkan karakter dan kepribadian kita, dan memperluas pengalaman kita sehingga kita akan menjadi lebih efektif didalam pelayanan. Jika kita tidak melatih otot kita, otot itu menjadi lemah dan berhenti bertumbuh. Begitu juga, jika kita tidak memanfaatkan kemampuan dan keterampilan yang telah Allah berikan kepada kita, kita akan kehilangannya. Disurga kita akan melayani Allah selamanya. Sekarang, kita bisa mempersiapkan diri untuk pelayanan kekal tersebut dengan berlatih di bumi. Seperti para atlit mempersiapkan diri untuk olimpiade, kita terus berlatih untuk hari besar itu: “Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh sutau mahkota yang abadi”. Kita sedang bersiap-siap untuk menghadapi tanggung jawab dan upah abadi.
YESUS KRISTUS merupakan contoh yang sempurna sebagai hamba yang siap melayani dan bukan untuk dilayani. Paulus menggambarkan pelayananNya dalam Pilipi 2:5 -11 sebagai berikut: 5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Himbauan dari Paulus dalam Pilippi 2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, 13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. 14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, 15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, 16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.

Allah patut menerima yang terbaik dari pelayanan kita. Dia membentuk kita untuk suatu tujuan, dan Dia berharap agar kita mengerjakan yang terbaik dari apa yang telah diberikan dan dipercayakan kepada kita.
Tuhan kiranya memberkati kita dalam pelayanan kita sehingga kita disebut Hamba atau Pelayan yang setia lagi sejati dalam hidup kita, sehingga kita menjadi berkat karena Tuhan sudah memberkati kita melalui pelayanan yang kita lakukan. Ingat semboyan Yesus Kristus : “AKU DATANG UNTUK MELAYANI BUKAN UNTUK DILAYANI”. Amin.